The Best Choice

1080565_1382508905344200_732863981_n

Titel : The Best Choice

Author : Misty Sky

Lenght : Ficlet

Genre : Sad

Rate : General

Main Cast (s) : Kim Jong Woon [SJ], Park Hae Ra [OC]

Happy Reading……..

Susunan gedung-gedung megah masih berdiri angkuh di tempatnya semula, orang yang berlalu lalang tampak sibuk dengan hal yang akan mereka lakukan.

Hiruk pihkuk kehidupan manusia terlihat seolah mereka tidak mempunyai masalah yang berat jika dilihat secara kasat mata. Jong Woon menatap nanar ke luar jendela, melihat kendaraan yang tidak ada hentinya menghias jalan raya.

Di hadapannya tersaji secangkir kopi espresso yang masih hangat. Dari luar pria yang mengenakan kemeja warna hitam tersebut tampak baik-baik saja. Tidak akan ada yang menyangka jika pria berwajah tampan itu sedang berkutat dengan masalah besar rumah tangganya dalam kondisi terancam.

“Apa kau sudah lama?” Suara lembut seorang perempuan memaksa kepala Jong Woon untuk berbalik; menatap wanita yang telah tiga tahun hidup bersama. “Anni, duduklah.”

Kini Jong Woon dan wanita itu telah duduk berhadapan; berbagi satu meja yang sama. Membuat janji bertemu untuk membahas kelangsungan rumah tangga mereka yang berada di tepi jurang.

“Aku meminta bertemu karena ingin memberikan ini,” wanita itu mengeluarkan map berwarna coklat dari dalam tas. Menyimpannya tepat di hadapan Jong Woon.

“Ini apa?” Meski sudah menduga, tapi Jong Woon tetap memaksakan diri untuk bertanya. Berharap dugaannya salah dan tidak benar sama sekali.

“Itu surat cerai, kau tinggal menandatanganinya. Besok kita bertemu di pengadilan,” wanita itu menjawab dengan santai, seolah perceraian ini tidak membebaninya sama sekali.

“Hae Ra-ya, kenapa kau tetap bersikeras ingin bercerai? Aku tahu kau melakukan semua ini pasti ada alasannya. Jadi aku mohon beri aku penjelasan agar aku dapat meyakinkan kedua orang tuaku,” mimik wajah Jong Woon sedikit mengeras. Ia berusaha mati-matian agar perpisahan ini tidak terjadi.

Tapi istrinya–Hae Ra–bersikeras ingin mengakhiri biduk rumah tangga yang telah tiga tahun mereka jalani.

“Tidak ada yang perlu aku jelaskan, aku sudah bersalah karena telah mengecewakanmu,” Hae Ra menjawab dengan tubuh tegap. Seolah cara itu mampu untuk menjadi benteng hatinya yang hampir runtuh.

“Lalu kenapa dulu kau mau menikah denganku? Apa aku tidak ada artinya sama sekali bagimu?!” Jong Woon meremas kasar ujung surat yang digenggamnya.

Kecewa karena mendapati pendirian Hae Ra yang tidak kunjung berubah. Baginya wanita itu terlalu menjunjung tinggi harga diri, sehingga ia tidak diijinkan sedikitpun untuk dapat menyentuh hatinya meski hanya sedikit.

“Alasanku menikah denganmu entah itu karena aku yang tamak, atau aku yang terlalu berambisi. Saat kau melihat sisi lain dari diriku seperti saat ini percayalah aku rasa ini jalan yang terbaik,” raut wajah Hae Ra masih tenang, bahkan terlalu tenang untuk seorang istri yang tengah diintrogasi oleh suaminya.

“Kau tahu pasti status sosial kita berbeda, ayah dan ibu menentang pernikahan kita di awal. Dan kini aku membuat dirimu serta Ayah dan Ibu kecewa. Jangan pernah berusaha untuk mempertahankan rumah tangga kita, karena yang tersisa di antara kita saat ini hanya lembaran surat cerai yang harus ditandatangani.”

Telak perkataan wanita itu membuat Jong Woon terperangah, sebagai pria ia memang pernah khilaf karena pernah mengabaikan keberadaan istrinya saat ia sibuk bekerja. Pernah sedikit lupa saat mantan kekasihnya kembali lagi dalam kehidupannya.

Tapi itu dulu! Kini ia telah sadar bahwa ada istri yang selalu menunggu setiap kali pulang malam. Istri yang selalu bersikap ramah meski tengah diacuhkan.

“Apakah menurutmu karir yang kau jalani lebih penting dari pada aku dan juga calon anak kita?” Suara Jong Woon terdengar serak. Ada rasa marah dan kecewa di dalamnya, seolah pria itu tengah berusaha menahan kecewa yang teramat menyiksa.

“Kita sudah kehilangan calon bayi itu, ayah dan ibumu sudah cukup kecewa atas tindakan cerobohku yang tidak dapat menjaga cucu mereka dengan baik. Apakah jika kita kembali bersama semua akan kembali seperti semula? Aku rasa semuanya tidak akan sama lagi. Jadi lebih baik kita akhiri semuanya daripada harus menjalanin hubungan yang tidak sehat.”

Hae Ra menarik nafasnya dalam, seolah mencari pasokan udara yang cukup untuk melanjutkan perkataannya.

“Bahkan jika kita kembali bersama aku tidak yakin dapat memahami dirimu sepenuhnya. Aku tidak yakin bahwa diriku tidak akan kembali mengulangi kesalahan yang sama dan menjadi egois. Jadi sebelum kita saling melukai lebih dalam lagi, aku putuskan untuk mengakhiri semuanya.”

Jong Woon menyandarkan tubuh, ia membungkam mulutnya dengan desahan pasrah. Pasrah akan tindakan yang diambil Hae Ra. Mungkin wanita itu sudah jengah harus hidup dengannya yang seolah tidak perhatian dan terkadang mengekang.

Ditambah Ayah dan Ibunya yang selalu menentang setiap kali Hae Ra berencana mengambil pemotretan di luar negri. Jong Woon paham kenapa wanita itu begitu nekad mengambil pekerjaan yang membuatnya kelelahan.

Bencana itu terjadi, fisiknya tidak kuat jika diharuskan melakukan pemotretan selama sepuluh jam sehari. Dan itu berlanjut selama dua minggu. Wanita itu tidak menyadari bahwa ada nyawa lain yang tengah bersemayam dalam rahimnya.

Niatnya untuk melampiaskan hasrat pada karirnya yang tertunda ternyata mengorbankan janin yang baru berusia delapan minggu tersebut.

“Baiklah jika menurutmu ini jalan yang terbaik, aku akan menurutinya. Kita akan bercerai secara baik-baik, tolong jaga kesehatanmu jika mengambil pekerjaan pilih yang membuatmu tidak terlalu lelah.”

Jong Woon akhirnya mengalah, ia sadar sekeras apapun dirinya menolak tapi Hae Ra sudah terlanjur ingin pergi. Terbukti masa negosiasi ini sudah berjalan selama dua minggu tapi pendirian wanita itu tetap sama; ingin berpisah. Setidaknya mereka mengakhiri semua ini secara baik-baik. Meski keduanya pernah sama-sama terluka.

Adakalanya perpisahan itu adalah jalan terbaik. Karena jika terus disatukan bila salah satu sudah tidak mampu bertahan cepat atau lambat semua itu hanya akan menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak.

Hae Ra merasa lega, setidaknya ia tidak perlu merasa ketakutan. Karena jika ia kembali dalam pelukan Jong Woon dirinya terlalu takut akan mengulangi kesalahan dan membuat pria itu kembali terluka.

“Jong Woon-ah, aku terlalu takut untuk kembali dalam dekapanmu. Aku tidak memiliki lagi kepercaya diri untuk bersanding di dekatmu. Dan perpisahan ini aku rasa memang yang terbaik, sehingga aku tidak perlu merasa ketakutan jika suatu saat akan membuat hatimu kembali kecewa.”

Hye Ra memandang punggung Jong Woon yang hampir menghilang di balik pintu.

FIN

2 thoughts on “The Best Choice

  1. demi karir mengorbankan seorang aegy yg belum sempat melihat dunia itu keterlaluan tp apa artinya kalau itu takdir
    aiisshh ngaco wkwkk sedih banget eonn kasian jong woon oppa

Leave a comment