Memories In Marina Bay [3]

1543374_10200532972125722_888412595_n

Tittle : Memories In Marina Bay [3]

Author : Misty Sky

Lenght : Chaptered

Genre : Marriage Life, Comedy, Romance, Hurt

Rate : NC 17

Main Cast(S) : Kim Bum (BBF), Kim So Eun (BBF), And All Other Cast.

—– Happy Reading —–

“Kim Bum-ssi, apa kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?” So Eun cemas saat mendengar teriakan Kim Bum. “Aku tidak baik, tolong aku!” suara Kim Bum terdengar parau. Seolah menahan suatu rasa sakit.

“Maksudmu apa? Aku tidak mengerti,” nada bicara So Eun meninggi dengan posisi sama; masih di depan pintu. “Aku rasa percuma jika aku meminta bantuanmu!” ucap pria itu dengan wajah sedikit pucat. Ia berjalan menuju kasur dengan langkah tertatih. Sementara tangannya menggenggam celana bagian pinggang.

“Hey, apa yang terjadi? Kenapa kau berjalan seperti itu?” cecar So Eun cemas, matanya terus memperhatikan keringat dingin yang memenuhi dahi Kim Bum. Pria itu tidak menanggapi pertanyaan wanitanya. Segera merebahkan tubuh sesampainya di kasur. Berusaha mengendorkan otot yang masih sedikit tegang.

“Jawab aku apa yang terjadi?! Sebenarnya kau kena..,” pertanyaan So Eun terhenti kala manik matanya memandang resleting celana Kim Bum yang tidak tertutup rapat.

“AAAAAA, apa yang kau lakukan?! Kenapa kau tidak memakai celanamu dengan benar?!” Teriakan histeris yeoja itu menggema. Sontak kedua telapak tangannya menutupi wajah. Menghindari hal yang tidak ia inginkan.

“Apa kau tidak lihat? Aku sedang sekarat ayo cepat tolong aku! Aku mohon,” Kim Bum berusaha menggapi tubuh So Eun. Namun yeoja itu semakin menjauh. “Stop! Jangan bergerak atau aku akan berteriak. Apanya yang sekarat? Bahkan kau masih bisa terlentang nyaman seperti itu.”

“Apa kau tidak lihat ada noda darah di celanaku, ini celana kesayanganku kenapa dia nakal sekali? Bagaimana ini aku sudah merusak resletingnya,” Kim Bum terus bergumam. Tubuhnya masih tetap pada posisi semula–terlentang–tidak bergerak sedikitpun.

“Apa kau terluka?” Suara So Eun melemah. “Aku mohon kemari tolong aku,” Kim Bum merengek berusaha mengubah suaranya selembut mungkin. So Eun menarik nafas, menghembuskan perlahan, ia meniupkan angin keatas rambut yang menutupi dahi. Membuat poni So Eun terbang terkena hembusan nafas kasarnya.

“Baiklah tunggu sebentar!” So Eun beranjak dari sudut ranjang. Tangannya berusaha menggapai selimut. Setelah menemukan apa yang dicari, tanpa melihat ke arah objek ia melemparkan selimut tebal itu tepat ke arah celana Kim Bum yang cukup terbuka.

“Aaauw, kenapa kau membuatku semakin sakit So Eun-ssi?!” tubuh Kim Bum meringkuk, seperti bayi dalam perut ibunya. Pria itu berusaha menghilangkan rasa sakit yang baru saja bertambah. Kala selimut tebal itu melakukan pendaratan tepat di tempat yang luka.

“Maafkan aku, apa itu sakit?” merasa sedikit bersalah atas tindakannya. Suara So Eun penuh nada khawatir. “Rasanya sakit sekali, aku mohon tolong minta pihak Hotel untuk mengantarkan obat luka!”

Tanpa berujar, So Eun segera melakukan hal yang diperintahkan Kim Bum. Matanya menatap lurus tubuh pria yang telah menjadi pendamping hidupnya itu.

Tanpa rekahan senyum, dan rasa khawatir. Hanya ekspresi datar yang So Eun tunjukan. Membuat Kim Bum mendelik menyaksikan wajah datar istrinya.

“Hey, apa kau tidak mengkhawatirkanku? Kalau sudah menelpon kenapa tidak kemari?! Setidaknya kau bisa berbaik hati untuk membelai rambutku. Memberikan ketenangan untuk menghiburku,” teriak pria itu sedikit marah. ia kesal merasa diabaikan.

“Kau sudah besar, lagi pula itu hanya luka kecil. Jadi aku tidak bisa bermanis-manis padamu. Aku tidak ingin terjadi salah paham diantara kita nantinya,” jawab So Eun enteng, tanpa memperdulikan perubahan wajah Kim Bum saat mendengar penuturannya.

Yeoja itu berlalu, saat seseorang mengetuk pintu kamar mereka. Nampak petugas Hotel dengan kotak P3K yang dibawanya. Setelah mengucapkan terima kasih So Eun segera membawa kotak obat itu kepada Kim Bum yang masih tergolek.

“Cepat obati lukanya! Jangan dibiarkan, supaya tidak infeksi,” So Eun menyimpan kotak obat di atas nakas; samping tempat tidur. “Bisakah kau bantu aku untuk mengobatinya?” pinta Kim Bum lembut.

“Kau obati saja sendiri! Sekalipun kau memaksa aku tidak akan pernah mau,” So Eun bergidik, membayang jika dia harus benar-benar mengobati luka Kim Bum yang berada pada posisi ekstrem.

Dengan tenaga yang tersisa Kim Bum berusaha untuk bangun. Melihat penolakan So Eun hatinya terasa miris. Apa salah jika seorang istri membantu suaminya? Meskipun So Eun belum pernah menjamah daerah itu.

Pria itu menyiapkan antiseptik yang akan dioleskan. Mengacuhkan So Eun yang masih mematung dekat sofa. Tanpa aba-aba pria itu menurunkan celana yang masih ia kenakan.

“Kau gila ya?! Kenapa tidak menyuruhku pergi saat kau akan membuka celanamu?!” So Eun kalap, suaranya menggema di seluruh ruangan. Namun tidak dihiraukan oleh lelakinya. Pria itu sibuk mengobati luka pada bagian sensitifnya.

Sementara itu So Eun telah berlari dan megurung diri dalam kamar mandi. Sekalipun Kim Bum dalam keadaan seperti itu. Tapi pikiran aneh tetap bersarang dalam benaknya. Merasa takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Setengah jam berselang, membuat So Eun jengah. Berada dalam kamar mandi terlalu lama membuatnya merasa tidak nyaman. Udara dingin serta aroma khas kamar mandi memenuhi indera penciumannya. Berkali-kali menggaruk bagian tubuh yang mulai terasa gatal.

Semakin lama rasa itu kian bertambah. Menelusup hingga kebagian tubuh paling dalam. Kini, tubuh So Eun mulai berubah dipenuhi bintik merah.

“Gawat sepertinya alergiku kumat,” racau So Eun, jemari lentik itu masih sibuk menggaruk bagian tubuh yang terasa gatal bercampur perih. Kini seluruh tubuh So Eun terasa panas.

Yeoja itu membanting pintu kamar mandi dengan kasar. Membuat Kim Bum terpana, tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada istrinya.

“Kau mencari apa?” tanya Kim Bum penasaran, melihat So Eun yang sibuk mengeluarkan semua isi tas tangan miliknya.

“Aku mencari obat, apa kau melihat botol kecil berwarna biru?” yeoja itu bertanya tanpa menoleh. Matanya fokus mencari obat alergi yang selalu dia bawa kemanapun.

“Apa kau sakit? Memangnya kau mencari obat apa?” Kim Bum sedikit panik mendengar So Eun mencari obat. Dia khawatir terjadi sesuatu.

“Hey, aku bilang kau sakit apa?!” teriakan beroktav Kim Bum membuat wanitanya kesal. Reflek yeoja itu menghentikan aktivitasnya.

So Eun berbalik menunjukan tubuhnya yang telah berubah warna. Bintik-bintik merah mendominasi. Kim Bum berlonjak dari tempatnya semula.

Dia terkejut melihat tubuh So Eun yang telah memerah. “Biar aku bantu cari. Kau duduk saja! Tahan, jangan digaruk! Itu bisa membuat kulitmu rusak.”

Kim Bum mengeluarkan semua isi koper So Eun. Mencari dengan teliti benda yang dimaksud istrinya. Menunjukan semua benda yang dia curigai sebagai obat. “Yang ada di tangan kirimu itu obatnya.”

So Eun memberitahu bahwa Kim Bum telah menemukan obatnya. “Yang ini apa yang ini?” pria itu menunjukan dua kotak yang sama persis.

“Yang itu, tolong berikan padaku!” So Eun mengarahkan telunjuknya pada tangan kiri Kim Bum. Meminta obat itu agar segera diserahkan padanya.

“Tapi kenapa kau bisa alergi?” lontaran rasa penasaran terucap dari mulut Kim Bum, kenapa semua ini bisa terjadi saat mereka harus menikmati masa liburan.

“Aku alergi udang, tapi aku tidak pernah tahu kalau aku alergi kepiting,” So Eun berdiri. Bermaksud meninggalkan ruangan untuk mengobati tubuhnya di tempat lain.

“Aish, kenapa kau tidak bilang? Jika seseorang alergi udang atau jenis hasil laut lainnya. Maka kemungkinan besar dia akan alergi seafood juga. Kemari Biar aku bantu,” Kim Bum bermaksud membantu So Eun. Tapi yeoja itu menolak maksud baik suaminya. Menghempaskan kasar ketulusan Kim Bum. “Aku bisa sendiri!”

“Badanmu hampir seluruhnya memerah, kau tetap membutuhkan orang lain untuk mengobati tempat yang tidak bisa kau jamah!” pria itu mencoba untuk mengingatkan. Meskipun hatinya sedikit marah atas perlakuan So Eun yang semena-mena. Memberitahu bahwa dia tidak akan mampu mengobati semuanya sendiri.

So Eun hanya mendelik, sebelum akhirnya tubuh yeoja itu menghilang di balik pintu kamar mandi.

“Aish, istri macam apa dia? Aku akan membantunya dia tidak mau. Saat aku meminta bantuannya dia juga tidak mau. Sebenarnya apa yang bisa dia lakukan untuk menyenangkanku. Uluran tanganku saja di tolaknya,” Kim Bum mendengus kesal dengan sikap So Eun yang seolah tidak pernah perduli padanya.

“Aaaaaaaa,” terdengar jerita So Eun dari kamar mandi. Bersamaan dengan hantaman benda berat yang terjatuh. Kim Bum berlonjak menuju pintu kamar mandi. Menghiraukan rasa sakit di balik celananya yang seolah menggerogoti.

“Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja?” pria tampan itu resah. Dua menit berlalu, tidak mendapat jawaban akhirnya dia nekad membuka pintu kamar mandi. Beruntung pintu itu tidak dikunci.

“So Eun-ssi, bangunlah!” Kim Bum menggerakan bahu So Eun pelan. Rasa terkejut masih melingkupi kala mendapati tubuh yeojanya tergeletak. Kemungkinan besar dentuman tadi adalah suara tubuh So Eun saat menyentuh lantai. Hingga membuatnya tidak sadarkan diri.

Tubuh So Eun telah berada dalam pangkuan Kim Bum. Pria itu segera merebahkan istrinya di kasur. Merasa tidak tega melihat wajah serta leher So Eun yang berubah merah. Dia berinisiatif untuk mengobatinya sendiri.

Perlahan Kim Bum mengoleskan obat keseluruh bagian tubuh So Eun yang terlihat. Pikirannya mulai ragu saat dia hendak membuka pakaian istrinya.

“Aish, bagaimana ini? Jika aku tidak mengobatinya sekarang dia pasti akan merasa tidak nyaman seperti tadi,” Kim Bum menimbang langkah apa yang akan dia ambil selanjutnya.

Setelah mengalami pergolakan batin. Akhirnya dia memutuskan untuk membuka pakaian So Eun. Membuka dengan hati-hati kancing kemeja yang So Eun kenakan.

Berusaha menyingkirkan pikiran kotor yang mulai merasuki otak, kala kancing kemeja So Eun hampir tebuka semua. Kim Bum menelan saliva menatap dua daging menonjol yang terbungkus bra berwarna peach dengan motiv Donald bebek. Daging itu seolah memanggil Kim Bum untuk mendekat.

Berkali-kali konsentrasi Kim Bum pecah. Sebiasa mungkin dia berusaha fokus mengobati semua alergi So Eun. Hatinya kacau, kepalanya terasa sakit saat pikiran kotor menggerayangi. Dengan tergesa mengancingkan baju So Eun seperti semula. Tepat saat kancing terakhir tertutup, mata yeoja itu terbuka. Dia terbelalak mendapati Kim Bum yang tengah berada di atasnya. Dengan posisi menyentuh kancing bajunya.

Menimbulkan kesalah pahaman antara mereka. Tatapan keduanya beradu. Sedetik kemudian tubuh Kim Bum telah terjerembab. tubuh pria itu telah berada di ubin akibat ulah So Eun yang mendorongnya kasar.

“Aish, apa yang kau lakukan So Eun-ssi?!” pria itu sedikit emosi. Punggungnya terasa nyeri saat melakukan pendaratan tadi.

“Hey, kau jangan coba-coba memperkosaku! Aku benci padamu. Kenapa kau tega akan melakukan itu disaat aku pingsan,” cecar So Eun yang beringsut di kasur dengan tubuh berbalut selimut.

“Tsk! Kau ini benar-benar. Aku tidak berniat melakukan hal keji seperti yang kau tuduhkan. Aku hanya berniat membantumu saja. Kau tidak tau terima kasih!” sahut Kim Bum tak kalah sengit.

Kim Bum berusaha bangkit meski sedikit tertatih. Manik matanya mendelik kesal. Menatap So Eun dengan tatapn bengis yang dia bisa.

“Baiklah, karena kau sudah bangun ayo kita lakukan hal yang kau tuduhkan tadi,” ucap Kim Bum seraya mencondongkan tubuhnya. Mendekatkan diri pada So Eun yang kian beringsut. Tubuh yeoja itu telah terpojok pada pilar ranjang yang menghalangi ruang geraknya.

“A..pa yang aka..n kau lakukan?” terlontara pertanyaan dari balik selimut yang kini menutup seluruh tubuh So Eun dari ujung kepala hingga kaki. Pria itu menyeringai, mendengar suara So Eun yang bergetar. Dia menarik kasar selimut dengan ketebalan lima centi meter itu.

“Tolong jangan lakukan itu!” kata permohonan lolos dari mulut So Eun. Tidak sedikitpun dia berani membuka mata. Kini tubuh Kim Bum telah mendekap tubuh wanitanya; So Eun.

Wajah pria itu hanya berjarak beberapa centi dari permukaan wajah So Eun. Aroma mint dari nafas Kim Bum menyeruak, memenuhi indera penciuman. Bau khas tubuh pria itu ikut mendominasi. Seolah menghipnotis, membuatnya semakin tidak berkutik.

Perlahan tubuh So Eun melemah. Wanita itu mulai pasrah dengan apa yang akan terjadi. Berpikir bahwa Kim Bum adalah suami yang telah berhak atas dirinya. Tidak ada gunanya melakukan perlawanan, meskipun hatinya belum siap.

“Sebaiknya jangan selalu berpikiran buruk padaku,” bisik Kim Bum tepat di cuping So Eun. Bibir pria itu sedikit mengenai daun telinga So Eun membuat bulu kuduk yeoja itu berdiri tanpa diperintah.

Mendengar Kim Bum berkata seperti itu, untuk kedua kalinya, So Eun mendorong tubuh prianya hingga kembali terjerembab.

“Aaaah, kau memang istri yang tidak berperasaan. Bagaimana mungkin kau bersikap sekejam ini pada suamimu?!” Kim Bum mengacak rambutnya frustasi.

“Aku peringatkan, jangan pernah mencoba melakukan hal konyol seperti itu lagi! Jika kau berani melakukannya lagi maka aku akan..,” ucapan So Eun terhenti. Dia tidak menemukan kata yang tepat untuk mengancam pria yang akhir-akhir ini membuatnya sering bersemu merah.

“Akan apa?” tantang Kim Bum lantang. Namun So Eun hanya membisu. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir merah mudanya.

“Jika kau bersikap kasar seperti ini lagi, maka aku akan memaksamu untuk tidur tanpa busana,” ancam Kim Bum dengan lirikan mata nakal yang dibuat-buat. Kali ini dia yang mengancam So Eun.

So Eun kalah telak, kali ini dia tidak dapat berkutik mendengar ancaman pria yang membuatnya selalu teringat ciuman pertama mereka.

“Pergi jangan ganggu aku! Aku mau istirahat,” So Eun melemparkan bantal tepat mengenai wajah Kim Bum. Sesaat kemudia So Eun merasakan tubuhnya dalam dekapan seseorang. Merasakan benda kenyal, basah dan hangat menyapa permukaan bibirnya.

Dia hanya terpaku saat Kim Bum sedikit mengigit bibir bawahnya. Membuat So Eun meringis hingga membuat bibirnya terbuka. Kesempatan itu tidak disia-siakan Kim Bum. Perlahan memasukan lidahnya, menelusup masuk, mengabsen dereat gigi So Eun dengan penuh kehangatan.

Tidak ada nafsu, hanya ciuman hangat penuh kasih yang Kim Bum lakukan. Tiga menit berselang tautan keduanya terlepas dengan nafas terengah.

Semburat kemerahan menghiasi wajah So Eun yang tertunduk malu. Berusaha menyembunyikan pipinya yang merona.

“Sudah kubilang jangan kasar, jika kau mengulanginya lagi. Maka aku akan melakukan hal seperti ini lagi padamu!” ucap Kim Bum sebelum berlalu. Pria itu melangkah dengan kuluman senyum. Meninggalkan So Eun yang masih membatu. Seperti mendapat shock therapy atas kejadian yang baru saja dia alaminya.

—- Memories In Marina Bay —-

Suasana pagi di kamar Hotel yang ditempati Kim Bum dan So Eun didominasi oleh dentingan sendok yang beradu dengan piring porselen.

Kedua sejoli itu tengah menikmati sarapan mereka. Hening, tanpa ada yang berniat membuka mulut. Atau sekedar untuk bersenda gurau.

Keduanya sibuk dengan makanan yang tersaji. Meski pikirannya entah dimana. Duduk berhadapan tanpa saling menatap. Bersikap acuh seolah tidak perduli. Dalam nyatanya pikiran mereka saling berkaitan.

Kim Bum berdehem kecil di sela mengunyah makanannya. Meraba-raba kata yang pantas untuk diucapkan. Mengingat So Eun yang masih kesal atas perlakuannya semalam; membuka baju gadis itu untuk mengobati alerginya.

“Hari ini kau ingin jalan-jalan kemana?” Kim Bum mendongak menatap So Eun. Berharap pertanyaan yang dilontarkannya mendapat jawaban.

Namun harapan pria itu sirna, kala So Eun menunjukan tatapan membunuh. Mengabaikan pertanyaan pria itu, seolah ia tidak pernah mendengar apapun.

“Apa kau masih marah?” kembali pria itu melontarkan pertanyaan. Dengan nada yang dia buat sehalus mungkin. Kali ini hanya dijawab dengan dengusan kesal wanitanya.

“Sebaiknya habiskan saja makananmu!” So Eun memotong sandwichnya kasar. Menandakan dia sedang marah pada seseorang.

Kim Bum hanya menatap wanita itu dengan tatapan kesal. “Kau seperti anak kecil. Kita ini sudah menikah, jadi wajar jika aku melihat tubuhmu,” pria itu tidak kalah kasar menggesekan pisau. Memotong menu makanan yang sama persis seperti milik istrinya.

“Aish, Meskipun begitu kau harus tetap mendapatkan ijin dariku!” kali ini So Eun menghentakan ujung pisau makannya. Membuat dentuman keras kala pisau itu beradu dengan piring. Menjadi salah satu suara di sela pertengkaran kecil mereka.

Kim Bum menghentikan aktifitas. Menunjukan tatapan bengis. Dengan mulut penuh makanan. “Aku sudah berhak atas dirimu sepenuhnya. Jadi apapun yang akan aku lakukan kau harus pasrah dan menerimanya dengan lapang dada!”

Pendengaran So Eun seolah terbakar mendengar penuturan lelakinya. Pupil matanya memerah menahan amarah serta genangan air mata yang mulai terlihat. “Aku sudah selesai, sebaiknya kau jangan menggangguku dulu!”

So Eun menghentakan kakinya kasar. Hingga sedetik kemudian telapak kaki yeoja itu sudah menendang betis Kim Bum dengan keras. Dia berlalu tanpa menoleh. Membiarkan Kim Bum yang mengerang menahan sakit.

“Hey, sudah aku bilang jangan kasar padaku. Baiklah aku akan menghukumu saat ini juga,” pria itu berdiri mengejar So Eun yang sudah melewati pintu kamar. Niat Kim Bum tidak tercapai, pintu kamar yang dibanting kasar So Eun tepat menghantam wajahnya.

“Aaah, So Eun-ssi, kau membuat hidungku berdarah,” pekikan pria itu menggema. Kedua tangannya bertumpu pada wajahnya yang terasa nyeri.

“Sudah aku bilang jangan menggangguku!” So Eun menjawab perkataan Kim Bum sengit. Berteriak dari balik pintu kamar yang dia jadikan sandaran tubuh. “Tapi aku ini suamimu! Bersikaplah lebih sopan sediki!” Kim Bum tidak mau mengalah begitu saja. Dia tetap bersikeras agar So Eun bersikap baik padanya. Berusaha menyadarkan So Eun bahwa dia sudah menjadi seorang istri.

“Pergi! Aku ingin sendirian!” pekikan So Eun membaur. Bersamaan dengan dering ponsel menyala. Wanita itu mulai hafal ringtone panggilan masuk suaminya. Samar-samar terdengar Kim Bum berbicara. Hingga teriakan pria itu membuyarkan pikiran kosong So Eun.

“Aku akan pergi ada urusan. sepertinya akan lama, jika kau ingin berkeliling, minta bantuan pihak Hotel untuk mengantarmu!”

So Eun hanya terdiam. Hingga akhirnya suara pintu yang tertutup terdengar. Menandakan lelakinya telah meninggalkan ruangan bersekat tiga itu.

“Ah sebaiknya aku mandi. Aku bisa bebas melakukan apa saja saat dia tidak ada,” So Eun bejalan menuju kamar mandi. Melepaskan pakaiannya di sembarang tempat. Dia hanya membawa handuk kecil untuk penutup kepala.

Serta underwear dengan motiv kartun yang biasa ia kenakan. So Eun menikmati berendam dalam bath up. Membersihkan setiap inci tubuhnya yang sudah pulih dari alergi semalam.

—- Memories In Marina Bay —-

Kim Bum selesai bertemu sahabatnya dia segera beranjak. Segera berpamitan agar waktunya tidak habis disana. Pria itu bermaksud untuk mengajak So Eun kembali menjelajahi negri dengan cuaca yang cukup ekstrem itu.

Kim Bum menerobos masuk menuju kamar Hotel yang disewanya. Mengedarkan pandangan hingga ke balkon. Langkahnya terhenti tepat di pintu kamar tidur. Meyakini bahwa wanitanya berada dalam ruangan itu.

Pria itu memutar knop pintu perlahan. Menimbulkan decitan halus pintu yang nyaris tak terdengar. Langkahnya terhenti kala dentuman kasar pintu kamar mandi terbuka.

Menampakan sosok wanita yang berjalan keluar hanya berbalut pakaian dalam. Ekspresi terkejut bercampur geli menghiasi raut wajah pria itu. Merasa lucu dengan tingkah istrinya yang berjalan kesana kemari seperti ratu pantai.

So Eun sibuk mengeringkan rambutnya yang basah. Sedikit mencodongkan tubuhnya membuat buah dada yeoja itu seolah menggantung.

“Ah sayang sekali, aku melihatnya dari arah samping,” gumam pria itu dalam hati, pikiran gila mulai berhamburan dalam benak Kim Bum. Dia bersandar nyaman pada dinding beton kokoh di sampingnya. Memperhatikan setiap gerak yang So Eun lakukan.

Suhu tubuh pria itu mulai meninggi. Ada pergesekan yang terjadi. Darahnya seolah berdesir hebat menyaksikan pemandangan langka yang baru sekali ini dilihatnya.

Berbeda saat dia berada di kolam renang. Melihat yeoja berpakain bikini tidak pernah ada yang membuatnya seperti ini. Berkali-kali menelan air liur, tenggorokannya seolah dilanda kemarau panjang. Gerakan So Eun yang mengibaskan rambut basahnya membuat Kim Bum berpegangan kuat. Membuat tubuhnya merasakan desiran aneh yang tidak menentu.

So Eun masih santai melakukan kebiasaanya saat dia masih tinggal di rumahnya sendiri. Dia masih belum menyadari bahwa ada sepasang mata yang tengah sibuk memperhatikannya.

“Aku pakai baju yang mana ya?” So Eun sibuk memilah baju yang akan dia kenakan. Setelah menentukan pilihan dia memilih dua baju untuk dicoba. Berjalan menuju kaca lemari yang berlawanan dengan arah pintu masuk.

Saat dia hendak mencoba kain berbahan satin itu, pandangan menangkap sosok yang dia kenal. Sosok yang besandar pada dinding dengan melipat tangan di dada. Disertai seulas senyum yang sulit diartikan.

“Aaaaaaaaaaaaa, apa yang sedang kau lakukan disini?! Sejak kapan kau berada disitu?!” So Eun mejerit, matanya mencari sesuatu yang dapat digunakan untuk melindungi diri.

“Aish, bagaimana ini?” Se Eun menarik selimut untuk menutupi lekuk tubuhnya. Sial, dia terjerembab menginjak baju kotor yang belum sempat dirapihkan. Bahkan peristiwa itu terjadi sesaat sebelum selimut itu menutup tubuhnya dengan sempurna.

To Be Continued…..

38 thoughts on “Memories In Marina Bay [3]

  1. hhhhhhwwwwwaaa kerennnn onni omo.sso onni kan kasian bumppa gak dibantu omo sabar ne bumppa hahahahhahaa lllllaannjjuutttt onni kkkeerreennn saeng suk a banget hehehehe 😀

  2. sikap so eun benar2 kasar dan tidak peduli pada kim bum, padahal kim bum slalu membantu so eun.. heh yg sabar ya bummie pasti ntar so eun bkalan jadi istri yg baik..

  3. Ampun deh Sso,, tega banget kau ma suamimu,, meski bum gi kesakitan gitu kau tak. Iba utk bntu dia.. Tapi Bum yg mbantu kau ngobatin tubuhmu,, kau malah salah paham..

    Hufff ini sebenarnya yg nyiksa Bum itu yah Authornya… Thooooooorrrr kpn BumSso bisa MP?? Ditarik ulur mulu ahaha

  4. gubrak..
    gokil…
    aish sebel deh ama si dso yg keras bgt wataknya..
    kyaaa si bum lg sakit bukan nya tlngin malah kabur ke kamar mandai..
    jahh napa lagi tu sso, kasian alergi..
    jaduuuh si sso gq sadar yh di liatin am bum ampe bum mendidih gtu..
    ckckckck
    kyaaaaa
    sso jatuh…
    ayoloh apa ni yg bakal terjadi…
    akankah…???
    plakkk
    yadongnya kumat..
    lnjuttt

  5. Buahahahahaha sumpah ngakak ngeliat kim bum di part ini, hahha bisa2nya masih mentingin celana, kasiannya udah kesakitan ga di heranin sso, eunnie-ya jangan terlalu jutek lo sm bumppa, jgn sampe bumppa ngejauhin kamuuu, lanjut bacaa

  6. hahaha.. kim bum kudu bersabar nih pux istri kyk gitu 🙂
    ahhh pasti malu tuh sih so eun ketahuan kim bum pake pakaian kyk gitu. kwkwkw

  7. OMO…aset berharga bumppa cidera
    sso eonnie tega bner sama bumppa…ga mau ngobatin suami sndiri
    hmmm…kira2 bumppa ketemu sp niih
    penasaran aku

  8. pasangan suami istri yang konyol,,, bacanya bikin ngakak hahaha…. 😀
    oiya salam kenal author, aku reader baru,, ijin baca yaaaaa thor..

      • haha,, jadi makin penasaran deh sama ceritanya deh, oiya author aku boleh tanya gak, apa karna cerita ini udah di bukuin makanya linkmya ditutup ya??? soalnya aku baru baca sampe part 5, pas mau buka part 6 eh not found.. klo boleh tau harga bukunya brp thor??

      • Part lanjutannya sudah saya hapus semua.

        Harganya masih belum tahu say, tunggu update dari penerbitnya dulu. Soalnya aku buat paket sama kaosnya juga.

  9. Sikapnya sso menyebalkan tpi lucu, selalu buat kimbum kesal…
    Aigoo sso jngn trz b’skp kya gtu, nnti klo kimbum gx p’dli lgi bru nyesel…
    FF’a S’lalu bkn senyum2 gaje…

  10. Ckck… sso kejam amat ke bumppa,, bumppa kan suamimu kshn bumppa sabar ya oppa 🙂 kpn hbngn mereka baiik thor lyknya suami istri ??
    Kshn bumppa yg di kasarin mulu krn sso msh sdkt kekanakan.
    Lnjut mkn seru thor ehehe…..

  11. ohhh kasian sekali bum oppaaa di gituin ama sso eonniii huuuu eonniii jg kasar donk ama bum opa hehehe….huuu bum oppaa mengintip sso eonniii hhmmm gmna ya reaksi sso eonniii bli tau bum oppaa mengintipp…hmmm next yaaa

  12. hahahaha,, lucu lucu lucu . .
    Sso kekanak-kanakan x dsnii . .
    tpii salut sm sifat sabat Bumppa 💓
    btw,annyeong chingu,, aq reader baru dsnii
    izin baca ya

Leave a comment