Don’t Hurt Me

1558871_1382511722010585_1698380100_n

Tittle : Don’t Hurt Me

Author : Misty Sky

Lenght : One Shoot

Genre : Hurt, Angst

Main Cast(s) : Kim Hyun Joong [Aktor], Choi Hana [OC], And All Other Cast.

Happy Reading…..

Mungkin bagi sebagian besar orang yang melepas masa lajang mereka akan menjalaninya dengan suka cita. Menyambut rumah tangga yang harus diarungi bersama pendamping hidup.

Tapi tidak bagi seorang anak gadis yang kini tengah terduduk lesu. Melepas masa lajang baginya seperti masuk ke dalam kobaran api yang siap melahap tubuhnya hingga habis.

Seorang gadis yang masih mengenakan gaun pengantin yang sangat mewah masih membeku. Sesekali ia meremas ujung gaun putih dengan campuran bahan brukat tersebut. Terduduk di samping ranjang tempat tidur baru yang akan ditempatinya.

Semua yang ia kenakan saat ini tidak sedikitpun mengobati luka hatinya, bahkan tergambar jelas raut kesedihan yang mendalam terpancaran dari sinar mata almond miliknya, ia merasa beban yang dititipkan di pundaknya saat ini begitu berat.

Bagaimanapun ia harus mengemban tugas untuk menjadi seorang istri dari pria yang sangat membencinya. Pria yang tidak pernah mengharapkan kehadirannya sejak pertama kali menginjakan kaki di rumah ayah angkat yang kini telah resmi menjadi mertuanya.

Decitan halus pintu terdengar, ketika seseorang membukanya dari luar. Yeoja itu–Choi Hana–masih terdiam membisu di tempatnya, saat iris matanya melihat sosok jangkung dengai perangai tampan, sosok pria yang telah resmi mempersuntingnya pagi tadi.

“Kenapa kau belum tidur?” Pria itu bertanya tanpa menoleh kearah istrinya, sedangkan tangannya sibuk membuka dasi yang masih melingkar di kerah kemeja yang ia kenakan.

“Aku belum mengantuk,” Hana menjawab pertanyaan suaminya dengan lemah, bagaimanapun mereka berdua menikah karena keinginan ayah Hyun Joong.

Sedangkan Hana sangat amat mengetahui bahwa pria itu sama sekali tidak pernah menyukai kehadirannya, walau bagaimanapun Hana mengerti karena Namja itu merasa terabaikan ketika ayah kandungnya, meng-anak emaskan dirinya yang hanya anak angkat dari panti asuhan.

Hari ini semuanya telah berubah ketika Kim Jung Hun yang notabene ayah angkatnya itu bersikeras memohon padanya untuk menikah dengan Hyun Joong. Hana tidak sanggup untuk menolak meski ia tahu jika menikah dengan pria ini hidupnya akan semakin menderita.

“Kau tidur di ranjang saja! Aku akan tidur di sofa,” perintah Hyun Joong tanpa melihat ke arah Hana, pria itu baru keluar dari kamar mandi dan membersihkan sisa make up yang seharian menempel pada wajahnya.

“Ne,” hanya kata itu yang terlontar dari bibir tipis Hana, setelah ia melihat suaminya terlelap, dengan cepat bergegas menuju kamar mandi membersihkan tubuh. Menyalakan shower agar suara tangisannya tidak sampai terdengar keluar.

Cukup lama ia menangis di dalam sana, bahkan kulit jarinya terlihat mengkerut karena terlalu lama terkena air. Hana berusaha memejamkan mata berusaha untuk terlelap dan sejenak melupakan masalah yang kini sedang dihadapi.

Perlahan namun pasti kini dirinya telah terlelap di kamar mandi. Tubuhnya seolah mati rasa dengan hawa dingin yang mulai menyapa. Air dalam bath up yang semula hangat mulai berubah menjadi dingin dan semakin dingin seiring bergulirnya waktu menjadi pagi.

***

Seperti duri dalam daging, tidak terlihat tapi membuat Hana tertusuk. Ia sudah berusaha semampunya untuk berhati-hati, tapi duri itu terlalu panjang hingga terus melukai tubuhnya terus menerus. Kehidupan rumah tangga yang ia lewati tidak ada senyum ataupun senda gurau di dalamnya. Hyun Joong berangkat pagi sebelum ia bangun, sedangkan kembali larut malam, tidak jarang setelah ia tertidur pulas. Tapi bagi Hana semua itu tidak pernah menjadi masalah; berusaha mengerti keadaan Hyun Joong yang tidak mencintainya sama sekali.

Kembali, malam ini Hana tidak dapat terlelap setiap kali Hyun Joong belum pulang. Tubuhnya memang tidak berjaga di depan pintu untuk menunggu kedatangan suaminya. Tapi ia tetap tidak dapat tenang sebelum mendengar langkah kaki pria yang sedari dulu dicintainya itu.

Apartemen yang mereka huni hanya mempunyai satu kamar. Hyun Joong terbiasa tidur di sofa, hingga saat ini sikap pria itu semakin dingin, bahkan sikap dinginnya melebihi bongkahan es di Kutub Utara.

Suara pintu yang dibuka terdengar jelas, membelah kesunyian Apartemen sederhana mereka–Hana dan Hyun Joong–dengan cepat Hana beranjak dari tempat tidur bermaksud untuk membantu suami terkasihnya yang sama sekali tidak memiliki perasaan sedikitpun untuk dirinya.

Seperti malam sebelumnya pria itu selalu pulang dalam keadaan mabuk, ketika ia telah berhasil membuka pintu, seketika tubuhnya menegang, berdiri kaku diam di tempat.

Perlahan sesuatu yang basah mengalir melewati kedua pipi mulus tanpa noda itu. Hatinya seakan teriris mendapati dengan terang-terangan Hyun Joong mebawa wanita lain kedalam rumah, bahkan nafasnya seolah tercekat ketika ia harus menyaksikan adegan nista yang dilakukan oleh suaminya sendiri.

Sungguh demi apapun jika diijinkan ia ingin pergi dan berlari meninggalkan tempat yang selama ini membuatnya menjadi seorang pesakitan. Semuanya terasa bagai di neraka, tenaga yang dimiliki Hana seolah menghilang.

Hana tertunduk lesu di samping pintu, ia menggapai dadanya yang terasa sangat sakit. Bahkan rasa sakitnya tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Dengan sekuat tenaga Hana berusaha menahan isakannya, namun sepertinya kali ini tidak berhasil.

Sekuat apapun ia meredam suaranya tapi semua itu semakin terdengar jelas, hingga sampai ke telinga Hyun Joong yang sedang bermesraan dengan wanita bayaran tersebut.

“Kau berisik sekali, apa kau tidak lihat aku sedang bersenang-senang?! Kalau kau ingin menangis tidak mengapa, asalkan jangan sampai terdengar di telingaku!” Pekik Hyun Joong tanpa memperdulikan perasaan wanita yang tengah terluka itu.

Dengan kejamnya ia melanjutkan adegan yang tak pantas. Suara desahan dan erangan dua insan manusia itu terdengar bagaikan jeritan hantu malam yang memekikan telinga.

Hana terus terisak, ia mengigit bibir bawahnya kuat; berusaha meredam suaranya agar tidak menghambur keluar dan semakin membuat Hyun Joong murka. Bau amis dan asin bercampur menjadi satu, darah segar yang keluar dari bibir mungil Hana menjadi satu dengan air mata yang mengalir dengan derasnya.

***

Waktu seolah lambat bergulir tiga bulan yang Hana lewati bagaikan hidup selama tiga ratus tahun lamanya. Setiap hari ia harus menelan pil pahit saat suaminya pulang ke rumah dalam keadaan mabuk dan membawa wanita penghibur untuk dijadikan pemuas nafsu.

Tapi malam ini pria yang biasa terlihat tenang itu kembali dengan tubuh terhuyung. Memasuki Apartemen dengan kesadaran yang hanya setengah. Hana memberanikan diri memapah suaminya menuju tempat tidur. Ini pertama kalinya Hyun Joong pulang sendirian dan tidak membawa wanita bayaran yang seperti biasa ia lakukan.

Hana bermaksud untuk pergi. Tapi dengan cepat tangan kekar itu menarik tubuhnya, menindihnya dengan sekali gerakan, “Kau mau kemana? Bukankah kau istriku? Jadi kau harus melayaniku malam ini!”

Hyun Joong merobek kasar baju yang dikenakan Hana. Kuku tajam itu mengoyak kulit mulus istrinya. Darah segar dengan cepat mengalir dari sela luka yang masih baru tersebut.

Hana mengerang tertahan saat tangan Hyun Joong meremas kasar kedua buah dada mungilnya. “Kenapa dadamu kecil sekali eoh? Kenapa tidak seperti wanita Club malam itu? Mereka mempunya dada yang besar.”

Hyun Joong meracau sambil terus mencumbui istrinya dengan kasar. Hana berusaha meronta agar bisa lepas dari cengkraman lelaki yang telah menyakiti batinnya selama ini.

Tapi Semua usahanya sia-sia. Tenaga Hyun Joong lebih kuat berkali-kali lipat. Hana hanya dapat menangis ketika ia diperlakukan dengan kasar. Bahkan Hyung Joong tidak segan-segan menamparnya ketika wanita itu menolak untuk menuruti kemauan Hyun Joong. Hana semakin terisak, batinnya begitu perih. Sekalipun Hyun Joong adalah suaminya tapi ia tidak pernah berharap akan mendapatkan malam pertama dengan cara yang sangat kasar.

Lebih tepatnya ia diperkosa oleh suaminya sendiri. Setelah Hyun Joong puas bermain dengan semua hal yang dimulainya. Ia kembali menarik kasar tubuh Hana agar terlentang, membuka paksa kedua kaki wanita itu agar terbuka dengan sempurna.

Tanpa berperasaan ia menyetubuhi istrinya dengan sangat ganas. “AAAH!” Jeritan Hana memantul ke setiap sudut ruangan. Ia berteriak saat Hyun Joong memasukan organ vitalnya dengan sekali hentakan. Bahkan dengan jelas terdengar seperti ada sesuatu yang robek di bawah sana.

Hyun Joong tidak memperdulikan jeritan serta isak tangis wanita yang sedang disetubuhinya. Ia sibuk menambah kecepatan pinggul yang terasa nikmat bagi dirinya. Namun terasa begitu menyakitkan bagi Hana. Darah perawan Hana telah bercampur dengan cairan bening yang dikeluarkan saat yeoja itu klimaks.

Ketika di tengah permainan Hyun Joong mencabut kasar organ vitalnya. Ia beranjak mengambil benda pipih yang melingkar di celana jeansnya. Dengan kasar membalikan tubuh Hana yang beringsut agar menungging. Tanpa berperasaan ia kembali melakukan aktivitas yang tadi sempat tertunda.

Kini benda pipih itu menyapa punggung Hana hingga berbekas. Menimbulkan suara seperti cambukan saat Hyun Joong terus memecut dearah punggungnya. Dengan cepat tubuh mulus wanita itu berubah menjadi garis merah yang mengenaskan.

“Auuuu! Appo aku mohon hentikan!” Hana menghiba, memelas bak budak kepada majikannya. Semua itu tidak menyurutkan Hyun Joong untuk tidak terus menyiksanya. Mendengar Hana memohon hal itu semakin memperpendek jarang cambukan yang ia lakukan.

Hingga akhirnya Hyun Joong merasakan kelelakiannya berkedut dengan kencang. Ia telah sampai pada titik kenikmatan paling akhir. Seketika tubuhnya melemah setelah cairan putih pekat itu keluar membanjiri rahim istrinya. Ia beranjak pergi tanpa menghiraukan Hana yang masih terisak akibat semua perlakuan kasar yang ia berikan.

Semenjak kejadian itu setiap hari yang Hana lalui penuh dengan siksaan lahir dan batin. Kini tubuhnya semakin kurus, tulang pipinya yang tirus semakin nampak. Lingkaran hitam di bola matanya terlihat sangat jelas.

Orang yang melihatnya akan menyangka ia adalah mayat hidup yang bisa berjalan. Keadaanya sangat memprihatinkan bahkan untuk tersenyum saja ia lupa bagaimana caranya.

***

Hyun joong menggengam mesra tangan Hana saat mereka tengah berkunjung ke kediaman keluarga besarnya. Itu semua hanya sandiwara yang ia lakukan agar ayahnya tidak merasa curiga. Di sana terlihat jelas Tuan Kim Jung Hun menatap iba keadaan Hana–putri angkatnya–sekaligus putri dari sahabat karibnya selama ini.

“Joongie, mungkin ini sudah saatnya Appa untuk memberitahukan alasan kenapa selama ini Appa begitu menyanyangi istrimu. Meski kalian semua tahu dia adalah anak yang aku angkat dari panti asuhan.”

Hyun Joong terhenyak, sama sekali tidak pernah menyangka bahwa Appanya akan mengatakan semua alasan yang selama ini selalu menjadi pertanyaan dan menjadi beban dalam benak. Bahkan selama ini setiap kali ia bertanya Appanya hanya akan meminta dirinya untuk diam dan menyayangi Hana dengan tulus.

Perasaan ingin tahu itu kini mendera Hana, selama ini ia selalu bertanya-tanya kenapa ayah angkatnya begitu menyayanginya melebihi anaknya sendiri. Mereka semua duduk berhadapan, sedangkan ibu mertua serta adik iparnya hanya memincingkan matanya manatap Hana dengan pandangan tidak suka yang luar biasa.

“Hana adalah anak sahabat karibku. Orang tuanya meninggal ketika mafia yang selama ini berbisnis denganku salah sasaran. Mereka mengira orang tua Hana adalah Eomma dan Appa. Seharusnya yang meninggal malam itu adalah aku dan ibumu.”

Hana dan yang lainnya hanya terpaku. Mereka sama sekali tidak ada yang menyangka bahwa orang yang mereka hormati selama ini ketika muda sering berurusan dengan mafia. “Lalu bagimana Appa bisa lolos dari mereka?” Hyun Joong penasaran karena ayahnya bisa selamat dari incaran manusia tersebut.

“Setelah mereka membunuh orang tua Hana. Semua yang terkait dalam gerakan itu angkat tangan dan tidak ingin mengungkit masalah. Mereka sangat yakin bahwa aku sudah tewas. Tepat di hari pemakaman orang tua Hana aku mengganti semua identitasku.”

“Lalu kenapa mereka tidak membunuhku? Kenapa para mafia itu menyisakan diriku untuk tetap hidup?” Dengan perasaan sesak Hana terpaksa melontarkan pertanyaan. Karena jika diijinkan untuk memilih ia lebih baik mati daripada harus menjalani kehidupan yang menyiksa selama belasan tahun.

“Saat kejadian kau tidak ada di rumah. Kau sedang pergi bersama pengasuh pribadimu untuk jalan-jalan. Ketika kalian pulang ke rumah semuanya telah tiada.”

Semuanya hanya terdiam. Hening hanya itu yang terjadi saat ini, hingga Kim Jung Hun melanjutkan ceritanya setelah ia menarik nafasnya kasar.

“Kau dibawa kepanti asuhan, aku masih sering mengunjungimu, hingga istriku menyangka aku ada hati dengan pengasuh yang telah setia mengasuhmu itu,” Kim Jung Hun berusaha menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.

“Kenapa Appa baru menceritakan semuanya? Aku rasa semuanya telah terlambat. Aku yakin hati Hana telah teluka sangat dalam, selama ia menjadi anak angkat Appa terlalu banyak perlakuan kasar yang diterimanya.”

Hyung Joong menatap nanar wanita yang kini ada di sampingnya, ia sungguh tidak menyangka ternyata alasan Appanya menyayangi Hana adalah karena orang tua yeoja itu meninggal menggantikan posisi Ayah dan Ibunya. “Aku harap semuanya berakhir sampai di sini. Semoga aku bisa bertemu dengan Eomma dan Appa secepatnya,” racau Hana tidak jelas. Semua yang mendengar perkataannya menantap Hana dengan banyak pertanyaan.

Hana beranjak dari tempatnya kini, ia maju kepangkuan ayah angkatnya, seluruh tubuh Hana mengeluarkan keringat dingin yang bercucuran. “Appa, jika hari ini aku menyusul mereka, aku ingin pergi dengan tenang di pangkuanmu,” Hana menyandarkan kepalanya di paha Kim Jung Hun.

Kim Jung Hyun melihat ada yang tidak benar dengan kondisi Hana. Ia segera bangun dari sofa kemudian memeluk yeoja malang itu yang terduduk di lantai dengan sangat erat. “Apa yang kau katakan? Tolong jangan seperti ini!” Kim Jung Hun masih berusaha mengumpulkan kesadaran Hana. Walaupun gadis itu mulai kehilangan kesadaran.

“Hyun Joong cepat panggil Ambulance!” Pekik Kim Jung Hun kasar, karena semua keluarganya hanya termangu melihat Hana yang sepertinya sedang sekarat. Dua puluh menit kemudian Ambulance datang, tapi sayang Hana menghembuskan napas terakhirnya ketika perjalanan menuju rumah sakit.

***

@Samsung Medical Centre

“Maafkan kami, kami sudah berusaha namun Tuhan berkehendak lain, racun yang pasien minum sepertinya jenis baru dan belum ada di Korea. Bahkan seperti yang anda lihat racun itu bekerja perlahan namun mematikan, semua organ dalam pasien telah rusak begitu pula dengan janin yang ada dalam kandungannya.”

Dokter yang menangani Hana memberikan penjelasan panjang lebar membeberkan kenyataan yang membuat Hyun Joong dan Appanya begitu terperangah.

“Janin? Uisa Apa istriku tengah mengandung?” Hyun Joong masih tidak percaya atas apa yang didengarnya. Benarkah wanita yang selalu disiksanya itu tengah mengandung anaknya.

“Usia kandungannya memasuki minggu kesepuluh,” jawab Dokter itu singkat, kemudian ia pamit undur diri karena masih banyak pasien yang harus ia tangani. “Apa yang kau lakukan? Bagaimana mungkin istrimu hamil kau tidak mengetahuinya?!” Kim Jung Hun mencecar anaknya dengan pertanyaan.

“Mianhae Appa, aku tidak mengetahuinya sama sekali,” Hyun Joong hanya bisa pasrah dengan apapun yang akan dilakukan oleh ayahnya. “Hana-ku yang malang, apa kau melukai dan menyakitinya? Kenapa dia bisa melakukan hal seperti ini?!” Kim Jung Hun masih histeris, ia merasa semakin berdosa terhadap kedua sahabatnya karena tidak becus menjaga anak mereka.

Ketika ia tengah memaki Hyun Joong tiba-tiba saja penyakit jantung yang dideritanya kumat, hingga ia harus dilarikan ke ruang ICU.

***

Layaknya berada di padang gersang, tanpa semilir angin yang menyejukkan. Tanpa pasokan udara segar dari pepohonan. Seperti itulah hidup yang kini Hyun Joong lewati, tetap sendu kelam meski sesekali berangin.

Hidup terasa seperti mati, tidak ada lagi sapaan ramah seorang wanita yang bersedia menunggunya meski harus terkatung dalam pesakitan. Hyun Joong baru merasakan bahwa wanita itu memilik peranan penting dalam kehidupannya.

Kini setelah Hana meninggal dunia yang tersisa dalam diri Hyung Joong hanya kursi pesakitan yang terus membelenggunya. Hanya barang peninggalan wanita itu yang selalu Hyun Joong pandangi. Tanpa ia sadari tangannya menggapai semua benda kenangan milik Hana yang masih tertata di tempatnya semula.

Uluran tangannya berhenti di salah satu kertas yang terselip di bawah Vas bunga. Perlahan Hyun Joong menarik secarik kertas yang menyerupai surat tersebut. Membuka lipatan dan membaca setiap untaian kata yang tertera di dalamnya.

“Oppa, mungkin selama ini kau tidak pernah menganggapku ada, namun aku selalu disini melihatmu dari sisi gelap yang mungkin tidak akan pernah bisa kau lihat. Dulu kita memang saudara angkat, tapi sejak dulu pula aku menyukaimu. Walaupun aku tahu rasa ini tak pantas tapi aku tetap mempertahankannya. Selama ini kau selalu menyiksa fisik dan mentalku, aku ingin berteriak dan memohon agar kau menyudahi semuanya. Tapi aku yakin kau tidak akan pernah mau mendengar. Untuk itu aku berharap kau bisa hidup bahagia kembali setelah aku pergi untuk selamanya. Aku sengaja meminum racun yang telah aku pesan sesaat setelah kau mengabari bahwa kita akan berkunjung ke rumah Appa.”

Hyun Joong merasakan penyesalan dan rasa bersalah, semuanya menjadi satu bergemuruh seakan mencecik ulu hati hingga menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat. Ia melempar semua barang yang dapat digapainya. Hingga tangannya menyentuh sebuah kotak yang isinya tercecer di lantai, benda itu menyerupai sebuah photo.

Tubuh Hyun Joong terkulai lemah di lantai dingin, seketika pelupuk matanya mengeluarkan air saat mendapati benda itu adalah janin hasil USG empat dimensi. Entah kapan Hana melakukan pemeriksaan tapi yang jelas di situ terdapat kertas dengan tulisan tangan yeoja tersebut.

“Aegy, Eomma lihat detak jantungmu sudah ada, tapi Eomma tidak yakin bisa melahirkanmu kedunia ini. Jika Eomma sudah tidak tahan dengan semua penderitaan yang diberikan oleh Appamu mianhae jika Eomma akan mengajakmu ikut serta. Eomma tidak ingin lelaki itu berlaku kasar padamu.”

Perasaan itu kembali mendatangi Hyun Joong, untaian kata dalam secarik kerta itu mampu membuat hati Hyun Joong hancur tak tersisa. Rasa bersalah semakin semakin menghantu. Ia telah menyebabkan anak dan istrinya pergi untuk menghadap Tuhan.

Bahkan hal lain yang semakin menyesakkan adalah setelah kematian Hana seminggu kemudian ayahnya kritis hingga meninggal dunia. Eomma dan adiknya hanya sibuk berfoya-foya mereka sibuk menghabiskan harta warisan yang ditinggalkan oleh ayahnya. Beruntung sebagian harta itu telah disumbangkan kepada orang yang tidak mampu. Kini hidup Hyun Joong benar-benar hampa, setiap hari yang dilaluinya diisi dengan rasa penyesalan yang mendalam.

Choi Hana: “Aku mohon hentikan semua rasa sakit yang kau berikan padaku! Tapi jika kau tidak ingin menghentikannya, maka aku sendiri yang akan membuatmu berhenti dan tidak bisa melakukannya lagi.”

FIN

8 thoughts on “Don’t Hurt Me

  1. Balasan yg pas buat tu namja (⌣̯̀⌣́)
    Sakit hati dibyar lagi pke sakit hati… Biar seumur hidupnya digrogoti rasa bersalah sm penyesalan!!!
    Haaaaa~ ak dendaaaaam…

Leave a comment